Luwuk, Sulawesi Tengah

Kota berpantai dan bergunung, seperti halnya kota-kota di Sulawesi, kota Luwuk tidak terdapat kereta api karena struktur geografis yang kurang sesuai ( bergunung-gunung ).
Nama kota berdasarkan pada satuan jarak dari pantai di pusat kota (Kilo Satu, berarti kota itu berjarak 1 kilometer dari pusat kota, Kilo Dua, berjarak 2 kilometer dari pusat kota, Kilo Tiga dan seterusnya…)
Pantai berpasir sebagai pariwisata ada di kota Kilo Lima
Pusat penjualan ikan di kota Kilo Dua
Bahasa tidak jauh berbeda dengan bahasa Manado. Perbedaannya hanya pada beberapa kosakata saja seperti “saya ( manado : kita ), iyek ( manado : iya ), tidak ( manado : nyanda ), “sape” alias Saya Punya ( manado : “tape” alias kiTa Punya) dan lain-lain…
Kota Luwuk sama seperti Gorontalo, sangat panas dan bikin kulit menjadi hitam.
Makanan : “Popeda” (IrJa) atau biasa disebut “Onyop” yakni makanan yang berasal dari adonan sagu ( tepung sagu ditambah air panas, jadinya kenyal-kenyal ) yang ditambah dengan kuah ikan atau kaldu, Cara makannya adalah langsung ditelan tanpa dikunyah ( asik nggak tuh??? )… ada juga “Pizza Onyop” dimana bahannya sama dari sagu, namun cara bikinnya agak lain, adonan sagu disangrai dengan gula pasir atau gula merah ditambah dengan parutan kelapa sampai menjadi agak keras lalu setelah mengenyal dan mengeras dilipat ( seperti telur dadar yang dilipat ) dan di iris sehingga hasilnya menyerupai pizza.
Tempat pariwisata terdiri dari Pantai Pasir lengkap dengan kafe di sepanjang tepi pantai, air terjun ( harus menaiki gunung dulu ), Bendungan Transmigrasi ( bendungan waduk di daerah transmigran yang dihuni oleh suku jawa ).
Pabrik kurang berkembang di Luwuk, hanya ada pabrik rumah tangga seperti pabrik minyak kelapa yang diolah secara tradisional dengan tenaga kerja kurang dari 10 orang.
Secara garis besar, ada 3 suku yang dikenal dengan sebutan “Babasa”, singkatan dari Balatak, Ba… dan Salwan. ….2b continued…